SUARAMALAKA.COM | Konstelasi politik tidak statis; sebaliknya, ia memiliki sifat elastis yang memungkinkan perubahan seiring waktu. Kemampuan adaptasi terhadap berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dinamika politik suatu negara.
Kadangkala politik praktis itu lebih elastis dari karet celana kolor. Bisa dinaik-turunkan kapan saja, atas nama kesepakatan aliansi dan koalisi.
Bisa juga lebih lentur dari tali Beha, agar saat membuka dan memasangnya lebih nyaman, sehingga stimulan nafsu kekuasaan lebih cepat tercapai. Dengan harapan pihak koalisi, stakeholder, dan tim pemenangan bisa mencapai orgasme bersama.
Karena politik praktis itu elastis dan fleksibel, diharamkan kepada para pemujanya agar tidak fanatik buta. Membela membabi buta sampai tidak kelihatan busuknya calon dan koalisi yang dipujanya.
Para pendukungnya mati-matian membela junjungannya, sampai membenarkan segala apa yang diperbuat junjungannya. Langkahnya salah atau benar, itu urusan belakangan. Kebijakannya menguntungkan atau merugikan rakyat, yang penting cuan memenuhi saku depan dan belakang.
Seandainya, dua figur dalam poster di atas bersatu membentuk koalisi dalam pemilihan Bupati Pilkada Malaka nanti. Bagaimana perasaan dan sikap kedua pendukung fanatik di belakangnya.
Masih segar dalam ingatan bersama, bagaimana berjalanannya proses Pilkada Malaka pada tahun silam. Bagaimana sikap dan cara para pendukung dalam memenangkan calonnya.
Pendukung satunya berdemo berjilid-jilid atas alasan membela agama. Pendukung lainnya membela bahwa itu hanya sekedar potongan video yang diviralkan, dengan tujuan pembunuhan karakter dan masa depan politik calon pilihannya.
Diharapkan kedepannya, kedewasaan berpolitik masyarakat akan semakin efektif dan lebih terbuka. Bukannya kita sudah melewati beberapa kontestasi politik yang gelap dan beringas. Baik Pilkada hingga pemilihan kepala negara.
Semoga dalam berpolitik tidak lagi over fanatik, mendukung dan membela sekedarnya saja. Tak perlu berlebihan sampai menghalalkan segala cara, apalagi sampai memutuskan ikatan silaturrahim persahabatan dan persaudaraan.
Senantiasa ingat anekdot politik tentang “mendorong mobil mogok”. Anda yang diminta mendorong bersama-sama. Tapi setelah ambisi politiknya terpenuhi, hanya diri dan tim pemenangannya saja yang terlelap dalam mobil.
Anda tidak akan dihiraukan lagi, apalagi didatangi dengan senyuman dengan menenteng Sembako, layaknya sebelum mobilnya mogok. Jadi bersikap lebih dewasa dalam menghadapi musim pemilihan akan datang.
Salam sehat, pilih sesuai hati Nurani
Penulis: There