SUARAMALAKA.COM | Bakal calon Bupati Malaka Dokter Stefanus Bria Seran, M.Ph dan bakal calon wakil bupati Malaka Hendri Melki Simu, A.Md resmi menerima rekomendasi tunggal dari DPP Partai Persatuan Indonesia untuk maju dalam perhelatan pilkada Malaka tahun 2024.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Perindo Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jonathan Nubatonis, mengungkapkan alasan kenapa Bupati Simon Nahak (Bupati Malaka) dikeluarkan dari partai perindo.
Dikonfirmasi awak media melalui via telponnya, pada Senin malam (01/07/2024), Jonathan Nubatonis mengaku kekeliruannya dalam mengusung figur yang tidak konsisten dan tidak menghargai partai yang membesarkannya, yakni Pilkada Malaka 2020 Partai Perindo sebagai partai pengusung pakek SN-KT.
Kekecewaan Nubatonis terhadap Simon Nahak (SN) sangat mendalam, khususnya terkait tingkah laku SN pasca terpilihnya menjadi Bupati, ia langsung berpindah ke partai lain.
Pemasangan baliho partai lain oleh SN di rumahnya langsung menjadi simbol pengkhianatan terhadap Partai Perindo yang telah mengusung dan membesarkannya.
“SN itu kader partai perindo untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dapil II pada tahun 2019. Oleh karena itu pada pilkada 2020, konsekuensi dari partai perindo, Perindo dukung dengan PSI dan PKB dapat 5 kursi,” ungkap Nubatonis.
Tetapi setelah kita dukung dan jadi bupati kata Nubatonis ternyata SN itu tidak konsisten, dengan kita melihat langsung di tembok rumahnya tempel baliho dari partai lain.
“Lalu kemudian pergi masuk ke partai lain dengan selempang dan di kenakannya jas dan sebagainya, maka kita langsung berpandangan bahwa pejabat publik seperti ini tidak pantas,” kata Nubatonis.
Partai Perindo merasa bersalah telah mendukung figur yang akhirnya tidak konsisten terhadap janji-janji politiknya.
“Dan partai perindo merasa bersalah kepada masyarakat Malaka karena mendukung figur yang tidak konsisten,” ujar Nubatonis.
Kata Jonathan, pengkhianatan ini tidak hanya merugikan partai tetapi juga mengecewakan rakyat yang telah mempercayai janji-janji kampanye.
Nubatonis mengatakan, jika figur yang tidak konsisten tehadap partai yang mengorbitkan menjadi Bupati bagaimana mungkin ia akan konsisten terhadap rakyat.
“Nah.! kalau tidak konsisten terhadap partai yang membesarkan dia, mengorbitkan dia jadi bupati bagaimana dia konsisten terhadap rakyat? Itulah yang Perindo merasa bersalah terhadap rakyat malaka,” tandasnya.
Partai Perindo menunjukkan konsistensinya dengan menepati janji kampanye meliputi penyerahan 13 ekor sapi kepada Bupati Simon Nahak.
Bahkan, Partai Perindo menunjukkan konsistensinya dengan menepati janji kampanye meliputi penyerahan 13 ekor sapi kepada Bupati Simon Nahak, walau akhirnya merasa dikhianati.
“Waktu itu kampanye saya janjikan sapi 10 ekor. Pilih paket SNKT dan kalau terpilih saya sumbang sapi 10 ekor untuk pesta rakyat. Saya konsisten begitu dia terpilih 13 ekor sapi paron kita antar dengan mobil kurang lebih 82 mobil,”
Komitmen ini merupakan bentuk dukungan yang harusnya membuat SN merasa terhormat, namun sikapnya justru sebaliknya.
“Tapi setelah dia terima sapi-sapi itu saya tidak tau apakah rakyat yang saya janjikan dapat dagingnya atau tidak dari 13 ekor sapi paron itu. Karena sapi yang kita antar itu sebagai janji politik terhadap rakyat. Parta perindo sumbang sapi 10 ekor dan saat eksekusi kita bawa 13 ekor sapi dan kain adat 13 lembar,”
Nubatonis menyampaikan perasaannya, “Kita bukan rasa rugi tetapi kita rasa menyesal karena sebagai partai menciptakan pejabat publik lalu pejabat publik model seperti ini.”
“Kenapa saya kasih 13 ekor sapi? Karena ribuan orang yang hadir, kalau saya kasih 1 ekor mana cukup. Jadi beginilah… Kita memberi penghargaan kepada orang yang tidak menghargai penghargaan dari kita,” Ucap Nubatonis dengan nada kesal.
Akibat dari ketidakonsistenan Simon Nahak, Partai Perindo akhirnya memutuskan untuk mengalihkan dukungan mereka kembali kepada SBS, sebagai upaya memperbaiki kesalahan masa lalu dan mengobati hati rakyat Malaka.
Nubatonis mengakui, “Dengan kita cabut dukungan terhadap SN karena tidak konsisten, maka sebagai obat untuk mengobati hati rakyat Malaka.” Langkah ini diambil tidak hanya sebagai pembelajaran bagi partai tapi juga sebagai upaya untuk memilih pemimpin yang benar-benar konsisten dan memegang teguh janjinya kepada rakyat. *(tim/hm)